Sejarah Beladirinya Kempo Di Indonesia

Minggu, 19 Februari 2012


                                                                            
Konsekuensi yang harus dilaksanakan oleh pemerintah Jepang setelah kekalahannya pada Perang Dunia II kepada bangsa Indonesia adalah membayar Pampasan perang. Salah satu dari cara atau bentuk pembayaran pampasan itu, adalah sejak akhir 1959 pemerintah Jepang menerima mahasiswa Indonesia dan juga pemudanya belajar dan training di negeri tersebut.

Maka, sejak itu secara bergelombang dari tahun ke tahun sampai tahun 1965, ratusan mahasiswa dan pemuda Indonesia mendapat kesempatan untuk belajar di Jepang. Dari jumlah tersebut tidak sedikit pula di antara mereka yang memanfaatkan waktu-waktu senggang dan liburnya untuk belajar dan memperdalam seni bela diri yang ada di Jepang.
Dari mereka ini pula, akhirnya sekembalinya ke tanah air tidak saja menggondol ijazah   menurut   bidang   study   mereka,  juga  memperoleh  tambahan, berupa penguasaan atas seni bela diri yang ada di Jepang, seperti: Karate, Judo, Ju Jit Su dan juga kempo.

Pada tahun 1962,  dalam  suatu  acara  kesenian  yang  dipertunjukan mahasiswa Indonesia menyambut kunjungan tamu-tamu penting dari tanah airnya, seorang pemuda  Indonesia  bernama  Utin Syahraz  mendemonstrasikan  kebolehannya bermain Kempo. Utin Syahraz tiba di Tokyo sekitar tahun 1960 sebagai Trainee Pampasan. Sebelumnya, ia adalah pegawai pada Departemen Pekerjaan Umum di Jakarta. Apa yang didemonstrasikan itu, akhirnya menarik minat pemuda dan mahasiswa   Indonesia   lainnya.  Mereka   antara   lain,   Indra Kartasasmita dan Ginandjar  Kartasasmita  serta   beberapa   lainnya   yang   datang kemudian ke Jepang. Dalam waktu-waktu luang dan libur,  mereka  memanfaatkan waktunya untuk   datang   langsung   ke   Pusat   Shorinji   Kempo   di  kota  Tadotsu  untuk menimba langsung seni bela diri tersebut dari Sihangnya.

Pemuda-pemuda tersebut sadar, tidak ada lagi kebanggaan mereka, selain memberikan apa yang terbaik mereka terima di Jepang kepada pemuda-pemuda bangsanya sendiri sekembalinya ke tanah air. Hal tersebut tidak lain, untuk kejayaan bangsa dan negara mereka, agar tidak ketinggalan dengan bangsa-bangsa lain, tidak saja dalam ilmu pengetahuan, juga dalam olahraga.
           
Untuk   meneruskan   warisan   seni   bela   diri Shorinji Kempo, seperti apa yang mereka   peroleh  di  Jepang  kepada  rekan-rekan  senegaranya,  ketiga  pemuda, yakni  Utin  Syahraz,  Indra  Kartasasnita  dan  Ginandjar  Kartasasmita bertekad melahirkan  dan  membentuk  suatu  wadah  yang  bernama  PERKEMI (Persaudaraan Beladiri Kempo Indonesia). Wadah ini secara resmi dibentuk pada tanggal 2 Februari 1966.

Dari   hanya   beberapa   murid   dan   berlatih   di   teras   rumah   waktu itu, kini PERKEMI telah melahirkan ribuan Kenshi-kenshi yang tersebar di seluruh tanah air. Selain merupakan salah satu  anggota  Top  Organisasi yang bernaung dalam wadah  KONI  (Komite  Olahraga  Nasional  Indonesia).  PERKEMI juga menjadi anggota   penuh   dari  Federasi  Kempo  se-Dunia  atau  WSKO  (World  Shorinji Kempo Organization) yang berpusat di Kuil Shorinji Kempo di kota Tadotsu, Jepang.

0 komentar:

Posting Komentar